HANYACORETANKAMI: Bulan Muharram tinggal menghitung hari, artinya sebentar lagi umat Islam akan menyambut Tahun Baru 1444 Hijriah.
Bulam Muharram atau disebut Asyhurul Hurum karena merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram.
#SahabatHanyaCoretanKami, taukah kamu bahwa Apa saja empat bulan itu?
Mari lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوام
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Bulan yang empat dimaksud dalam Alquran Surat At-taubah ayat 36 adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Sebagaimana dikutip hanyacoretankami.blogspot.com dari Lembar Jumat Al Rasikh Universitas Islam Indonesia, berikut pembahasan lengkapnya:
Begitu juga orang-orang Arab dulu tidak melakukan peperangan (qu’ud ‘anil qitaal). Bulan ini juga menjadi salah satu rangkaian dari bulan haji, yaitu Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Oleh karena itu, tidak sah ihram untuk haji apabila dilakukan selain waktu tersebut. Keistimewaan bulan ini adalah 30 malam dari bulan Dzulqa’dah telah disebutkan oleh Allah dalam surah al-A’raf ayat 142, “Dan kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan kami sempurnakan jumlah itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-A’râf [7]: 142)
Selain itu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah juga dijadikan sebagai salahsatu media bersumpah oleh Allah. Hal ini termaktub dalam surah al-Fajr ayat ke-2, “Dan (demi) malam-malam yang sepuluh.”
Kemuliaan bulan ini juga selaras dengan banyaknya peristiwa penting yang menyertainya, seperti kisah Nabi Ibrahim yang diperintahakan Allah untuk menyembelih Nabi Ismail. Kemudian pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Pada bulan ini juga Allah memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji, dan qurban.
Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (H.R. Muslim)
Ada satu hari yang sangat dimuliakan oleh para umat beragama. Hari itu adalah hari Asyura’. Orang Yahudi memuliakan hari ini, karena hari Asyura’ adalah hari kemenangan Musa bersama Bani Israil dari penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya. Dari Ibnu Abbas RA, beliau menceritakan, “Rasulullah SAW menuju kota Madinah ketika orang-orang Yahudi sedang berpuasa hari Asyura, kemudian Nabi SAW bersabda,”Hari apa ini, hingga membuat kalian berpuasa? Mereka menjawab, “Hari ini hari mulia, hari dimana Allah telah menyelamatkan Musa dari kejaran Fir’aun bersama kaumnya dan menenggelamkan mereka. Mereka berpuasa di hari ini sebagai tanda syukur.” Rasulullah SAW pun bersabda, “Kita lebih berhak atas Musa dari pada kalian”. Kemudian Rasullullah pun berpuasa seketika itu dan memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa (H.R. Bukhari).
Disebut “Rajab suku Mudhar” karena suku Mudhar adalah suku yang paling menjaga kehormatan bulan Rajab, dibandingkan suku-suku yang lain. Kemudian, Nabi g memberi batasan: antara Jumadil (tsaniyah) dan sya’ban, sebagai bentuk menguatkan makna. (Umdatul Qori, 26/305).
Dengan demikian, masing-masing bulan haram memiliki keistimewaan yang telah dijamin oleh Allah. Oleh karena itu, hendaknya umat Islam memanfaatkan bulan-bulan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan kualitas ibadahnya.
Sumber hanyacoretankami.blogspot.com: Lembar Jumat Al Rasikh. Keutamaan Bulan Haram (Asyhurul Hurum). Universitas Islam Indonesia
Bulam Muharram atau disebut Asyhurul Hurum karena merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram.
#SahabatHanyaCoretanKami, taukah kamu bahwa Apa saja empat bulan itu?
Mari lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوام
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Bulan yang empat dimaksud dalam Alquran Surat At-taubah ayat 36 adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Sebagaimana dikutip hanyacoretankami.blogspot.com dari Lembar Jumat Al Rasikh Universitas Islam Indonesia, berikut pembahasan lengkapnya:
1. Dzulqa’dah
Secara bahasa, Dzulqa’dah terdiri dari dua kata: Dzul, yang artinya: Sesuatu yang memiliki dan al Qa’dah, yang artinya tempat yang diduduki. Bulan ini disebut Dzulqa’dah, karena pada bulan ini, kebiasaan masyarakat arab duduk (tidak bepergian) di daerahnya dan tidak melakukan perjalanan atau peperangan. (al-Mu’jam al-Wasith, kata: al-Qa’dah).Begitu juga orang-orang Arab dulu tidak melakukan peperangan (qu’ud ‘anil qitaal). Bulan ini juga menjadi salah satu rangkaian dari bulan haji, yaitu Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Oleh karena itu, tidak sah ihram untuk haji apabila dilakukan selain waktu tersebut. Keistimewaan bulan ini adalah 30 malam dari bulan Dzulqa’dah telah disebutkan oleh Allah dalam surah al-A’raf ayat 142, “Dan kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan kami sempurnakan jumlah itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-A’râf [7]: 142)
2. Dzulhijjah
Bulan Dzulhijjah menjadi bulan berkumpulnya ibadah-ibadah utama, seperti shalat, puasa, haji dan qurban. Maka wajar jika bulan ini termasuk bulan yang dimuliakan. Bulan Dzulhijjah memiliki banyak keutamaan, salah satunya terletak pada sepuluh hari pertama.Selain itu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah juga dijadikan sebagai salahsatu media bersumpah oleh Allah. Hal ini termaktub dalam surah al-Fajr ayat ke-2, “Dan (demi) malam-malam yang sepuluh.”
Kemuliaan bulan ini juga selaras dengan banyaknya peristiwa penting yang menyertainya, seperti kisah Nabi Ibrahim yang diperintahakan Allah untuk menyembelih Nabi Ismail. Kemudian pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Pada bulan ini juga Allah memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji, dan qurban.
3. Muharram
Bulan ini dinamakan muharram karena bangsa Arab dulu telah sepakat untuk mengharamkan peperangan pada bulan ini. Di bulan Muharram terdapat hari Asyurayang merupakan hari kesepuluh dari bulan ini dan mempunyai keutamaan yang sangat besar. Sehingga umat Islam sangat dianjurkan untuk berpuasa, sebagaimana hadits dari Abu Qatadah h, beliau mengatakan, “Nabi SAW ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (H.R. Muslim 1162).Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (H.R. Muslim)
Ada satu hari yang sangat dimuliakan oleh para umat beragama. Hari itu adalah hari Asyura’. Orang Yahudi memuliakan hari ini, karena hari Asyura’ adalah hari kemenangan Musa bersama Bani Israil dari penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya. Dari Ibnu Abbas RA, beliau menceritakan, “Rasulullah SAW menuju kota Madinah ketika orang-orang Yahudi sedang berpuasa hari Asyura, kemudian Nabi SAW bersabda,”Hari apa ini, hingga membuat kalian berpuasa? Mereka menjawab, “Hari ini hari mulia, hari dimana Allah telah menyelamatkan Musa dari kejaran Fir’aun bersama kaumnya dan menenggelamkan mereka. Mereka berpuasa di hari ini sebagai tanda syukur.” Rasulullah SAW pun bersabda, “Kita lebih berhak atas Musa dari pada kalian”. Kemudian Rasullullah pun berpuasa seketika itu dan memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa (H.R. Bukhari).
4. Rajab
Dinamakan bulan Rajab, dari kata rajjaba – yurajjibu yang artinya mengagungkan. Bulan ini dinamakan Rajab karena bulan ini diagungkan masyarakat Arab. Seperti yang disebutkan dalam hadits, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana kondisinya, ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan, diantaranya empat bulan haram. Tiga bulan ber-turut-turut: Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan: Rajab suku Mudhar, yaitu bulan antara Jumadi (tsaniyah) dan sya’ban.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)Disebut “Rajab suku Mudhar” karena suku Mudhar adalah suku yang paling menjaga kehormatan bulan Rajab, dibandingkan suku-suku yang lain. Kemudian, Nabi g memberi batasan: antara Jumadil (tsaniyah) dan sya’ban, sebagai bentuk menguatkan makna. (Umdatul Qori, 26/305).
5. Penutup
Bulan-bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab disebut Bulan Haram atau Asyhurul Hurum karena kemuliaannya. Segala amal shalih yang dikerjakan akan mendapatkan pahala lebih besar dari pada di bulan lainnya. Begitupun sebaliknya segala perbuatan dosa yang dikerjakan akan mendapat siksaan yang lebih besar dari pada bulan lainnya.Dengan demikian, masing-masing bulan haram memiliki keistimewaan yang telah dijamin oleh Allah. Oleh karena itu, hendaknya umat Islam memanfaatkan bulan-bulan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan kualitas ibadahnya.
Sumber hanyacoretankami.blogspot.com: Lembar Jumat Al Rasikh. Keutamaan Bulan Haram (Asyhurul Hurum). Universitas Islam Indonesia
Post a Comment for "KEUTAMAAN BULAN HARAM (ASYHURUL HURUM)"