KATA | PUISI | PANTUN TERBARU : Chairil Anwar merupakan penulis juga penyair Nasional bukan cuma terkenal di Indonesia namun juga dunia. Chairil Anwar (1922–1949) selama hidupnya telah menulis 75 puisi, 7 prosa, dan 3 koleksi puisi. Diantara contoh kumpulan dari tema koleksi karya-karya asli Khairul Anwar; Deru Campur Debu, Kerikil-Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (keduanya 1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950). Selain Karya tersebut masib banyak lagi tulisan Chairil Anwar; Merdeka (1943), Persetujuan dengan bung Karno (1948), Mirat Muda Chairil Anwar (1949), Sajak Putih (1944) hingga Kerawang - Bekasi (1948) walaupun tentu masih banyak lagi karya-karya terbaik dari contoh kumpulan dari koleksi karya-karya Chairil Anwar.
Mengutip Wikipedia, Chairil Anwar (lahir di Medan, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia berdarah Minangkabau. Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, dia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, di mana dia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Puisinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, Kemerdekaan, perjuangan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
Kemerdekaan dan Perjuangan merupakan dua kata yang memiliki hubungan erat apalagi dikaitkan dengan Hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kemerdekaan senantiasa mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa, Dalam hal ini kemerdekaan Indonesia mempunyai beberapa arti penting, antara lain:
Baca: TREND HUT RI: TOPIC KUMPULAN TEMA HARI KEMERDEKAAN INDONESIA
Perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Perjuangan juga dapat diartikan sebagai kunci menuju kesuksesan. Dalam pengertian perjuangan untuk memaknai konteks perjuangan kemerdekaan masa kini bahwa perjuangan membutuhkan semangat patriotik baru dan semangat kemartiran gaya baru untuk melawan “penjajah” berupa kemiskinan, korupsi, kebodohan, penindasan, pengangguran dan semangat intoleransi. Banyak orang sekarang ini justru mengagungkan kelompoknya, agamanya, sukunya sebagai yang paling benar. Era ini membutuhkan lebih banyak orang yang mau berkorban dan berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Ini artinya kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan mempunyai kekuatan, mempunyai makna dan relevansi bagi segenap elemen masyarakat dalam melanjutkan kata merdeka itu sendiri.
Merdeka
Juga dari Ida
Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sumsum dan darah
Seharian kukunyah-kumamah
Sedang meradang
Segala kurenggut
Ikut bayang
Tapi kini
Hidupku terlalu tenang
Selama tidak antara badai
Kalah menang
Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
Mengapa kalau beranjak dari sini
Kucoba dalam mati.
-1943
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Yidak juga kau
Tak perlu sedu-sedan itu
Aku ini binatang jalan
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Pembangoenan,
No. 1, Th. I
10 Desember 1945
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
1948
menatap lama ke dalam pandangnya
coba memisah matanya menantang
yang satu tajam dan jujur yang sebelah
Ketawa diadukan giginya pada mulut Chairil,
dan bertanya : “Adakah, adakah kau selalu mesra dan aku bagimu indah ?”
Mirat raba urut Chairil, raba dada
Dan tahukah dia kini, bisa katakan
dan tunjukkan dengan pasti di mana
menghidup jiwa, menghembus nyawa
Liang jiwa-nyawa saling berganti. Dia
rapatkan
Dirinya pada Chairil makin sehati
hilang secepuk segan, hilang secepuk cemas
hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras
menuntut tinggi, tidak setapak berjarak
dengan mati
1949
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
1944
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
1948
Mengutip Wikipedia, Chairil Anwar (lahir di Medan, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia berdarah Minangkabau. Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, dia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, di mana dia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Puisinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, Kemerdekaan, perjuangan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
Kemerdekaan dan Perjuangan merupakan dua kata yang memiliki hubungan erat apalagi dikaitkan dengan Hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kemerdekaan senantiasa mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa, Dalam hal ini kemerdekaan Indonesia mempunyai beberapa arti penting, antara lain:
- Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Peristiwa bersejarah ini merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia. Jadi, serangkaian perjuangan menentang kolonial akhirnya akan mencapai pada suatu puncak, yakni Kebebasan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
- Dengan kemerdekaan, berarti bangsa Indonesia mendapatkan suatu kebebasan. Bebas dari segala bentuk penindasan dan penguasaan bangsa asing. Bebas menentukan nasib bangsa sendiri. Hal ini berarti bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berdaulat, bangsa yang harus memliki tanggung jawab sendiri dalam hidup berbangsa dan bernegara.
- Kemerdekaan adalah suatu jalan ”jembatan emas” atau merupakan pintu gerbang untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Jadi, dengan kemerdekaan itu bukan berarti perjuangan bangsa sudah selesai. Tetapi, justru muncul tantangan baru untuk mempertahankan dan mengisinya dengan berbagai kegiatan pembangunan. Menurut kamus Bahasa Indonesia, Merdeka ialah bebas dan lepas dari segala macam penjajahan.
Baca: TREND HUT RI: TOPIC KUMPULAN TEMA HARI KEMERDEKAAN INDONESIA
Daftar Isi:
KEMERDEKAAN ADALAH PERJUANGAN
Sebagai apresiasi terhadap para pahlawan, selain doa, lagu namun juga puisi menyangkut berbagai tema perjuangan kemerdekaan Indonesia dibuat agar masyarakat selalu mengingat setiap perjuangan kehidupan bangsa sebagaimana dikaryakan dalam tulisan tulisan Chairil Anwar dan masih banyak lagi karya-karya terbaik penyair Nasional.Perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Perjuangan juga dapat diartikan sebagai kunci menuju kesuksesan. Dalam pengertian perjuangan untuk memaknai konteks perjuangan kemerdekaan masa kini bahwa perjuangan membutuhkan semangat patriotik baru dan semangat kemartiran gaya baru untuk melawan “penjajah” berupa kemiskinan, korupsi, kebodohan, penindasan, pengangguran dan semangat intoleransi. Banyak orang sekarang ini justru mengagungkan kelompoknya, agamanya, sukunya sebagai yang paling benar. Era ini membutuhkan lebih banyak orang yang mau berkorban dan berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Ini artinya kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan mempunyai kekuatan, mempunyai makna dan relevansi bagi segenap elemen masyarakat dalam melanjutkan kata merdeka itu sendiri.
KARYA CHAIRIL ANWAR DALAM KUMPULAN PUISI KEMERDEKAAN DAN PERJUANGAN DALAM MENYAMBUT HUT REPUBLIK INDONESIA
PUISI MERDEKA KARYA CHAIRIL ANWAR
Aku mau bebas dari segalaMerdeka
Juga dari Ida
Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sumsum dan darah
Seharian kukunyah-kumamah
Sedang meradang
Segala kurenggut
Ikut bayang
Tapi kini
Hidupku terlalu tenang
Selama tidak antara badai
Kalah menang
Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
Mengapa kalau beranjak dari sini
Kucoba dalam mati.
-1943
PUISI PERJUANGAN "AKU" KARYA CHAIRIL ANWAR
Kalau sampai waktuku‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Yidak juga kau
Tak perlu sedu-sedan itu
Aku ini binatang jalan
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Pembangoenan,
No. 1, Th. I
10 Desember 1945
PUISI PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO KARYA CHAIRIL ANWAR
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janjiAku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
1948
PUISI MIRAT MUDA, CHAIRIL ANWAR KARYA CHAIRIL ANWAR
Dialah, Miratlah, ketika mereka rebahmenatap lama ke dalam pandangnya
coba memisah matanya menantang
yang satu tajam dan jujur yang sebelah
Ketawa diadukan giginya pada mulut Chairil,
dan bertanya : “Adakah, adakah kau selalu mesra dan aku bagimu indah ?”
Mirat raba urut Chairil, raba dada
Dan tahukah dia kini, bisa katakan
dan tunjukkan dengan pasti di mana
menghidup jiwa, menghembus nyawa
Liang jiwa-nyawa saling berganti. Dia
rapatkan
Dirinya pada Chairil makin sehati
hilang secepuk segan, hilang secepuk cemas
hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras
menuntut tinggi, tidak setapak berjarak
dengan mati
1949
SAJAK PUTIH KARYA CHAIRIL ANWAR
Buat Tunanganku MiratBersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
1944
KRAWANG-BEKASI KARYA CHAIRIL ANWAR
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasitidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
1948
Post a Comment for "KUMPULAN PUISI KEMERDEKAAN DAN PERJUANGAN KARYA CHAIRIL ANWAR"