Puisi lama sering dijadikan media untuk menyampaikan pesan berupa nasihat atau ungkapan pribadi seseorang kepada orang lain dengan kata-kata yang indah dan disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyinggung perasaan lawan bicara. Bahasa indah tersebut sering juga digunakan dalam upacara adat seperti ketika mengadakan Acara pernikahan.
Puisi ini memang banyak jenisnya yang dapat dilihat dari ciri-ciri aturan pembuatannya. Berikut ini adalah jenis-jenis puisi lama yang dapat menjadi ketentuan ketika akan menulis karya sastra tersebut.
1. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan bersajak a-b-a-b pada baitnya. ciri-cirinya dalam setiap bait terdiri atas 4 baris dengan setiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata. Pada 2 baris awal disebut dengan sampiran, sementara pada 2 baris akhir adalah isi. Contohnya:
Membaca hanyacoretankami (a)
Isinya tentang sajak (b)
Jikalau sudah bersuami (a)
sebaiknya jangan galak (b)
2. Syair
Pantun adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan bersajak a-a-a-a dan berisikan mengenai nasihat atau cerita seorang tokoh besar. Syair biasanya diawali dengan beberapa kata yang klise, Contohnya: “Pada zaman dahulu kala…”, ”Tersebutlah sebuah cerita mengenai negeri yang aman sentosa…”, dan lain-lain.
3. Gurindam
Gurindam adalah puisi Melayu lama yang mempunyai ketentuan atau terdiri atas dua baris kalimat dan tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata dengan irama akhir yang sama A-A, B-B, C-C, dan seterusnya. Sama juga dengan jenis puisi lama lainnya, gurindam juga berisikan mengenai agama dan nasihat bagi pembaca atau pendengarnya. Aturan umumnya, satu kesatuan yang utuh yang pada baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian dan pada baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. Contoh gurindam agama:
Jika hendak terjauhkan dari neraka (a) (13 suku kata)
Salatlah sebelum ke alam baka (a) (11 suku kata)
Jika hendak hidupmu bermutu (b) (10 suku kata)
Bersedekahlah kepada yatim piatu (b) (13 suku kata)
Contoh gurindam nasihat:
Carilah teman yang soleh dan baik (a) (11 suku kata)
Agar hidupmu nyaman dan laik (a) (10 suku kata)
Jika hendak merasakan surga (b) (10 suku kata)
Hormatilah orang tua dengan bangga (b) (12 suku kata)
4. Karmina
Karmina adalah pantun kilat karena kurang lebih sama dengan pantun, tetapi lebih pendek. Gurindam adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan atau terdiri atas dua baris saja dan bersajak a-a. Baris pertama disebut dengan sampiran, dan baris kedua disebut dengan isi. Sebuah karmina memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Contohnya:
5. Talibun
Talibun adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan jumlah baris harus lebih dari 4 baris dan genap, misalnya 6, 8, atau 10 baris dalam setiap bait. Jika satu bait terdiri atas 6 baris, maka tiga baris awal adalah sampiran dan tiga baris akhir adalah isi. Apabila satu bait terdiri atas 6 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-a-b-c. Dan Apabila satu bait terdiri atas 8 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-d-a-b-c-d. Artinya, Puisi lama untuk talibun merupakan pantun yang dalam setiap baitnya, terdiri atas jumlah baris yang genap, misalnya 6,8, atau 10 baris. Contohnya:
Kalau anak pergi ke pekan (a)
Yu beli belanak pun beli sampiran (b)
Ikan panjang beli dahulu (c)
Kalau anak pergi berjalan (a)
Ibu cari sanak pun cari isi (b)
Induk semang cari dahulu (c)
6. Seloka
Seloka adalah puisi lama yang hampir sama dengan pantun dan disebut juga dengan pantun berkait. puisi lama ini mempunyai ketentuan bahwa pada baitnya akan terdapat keterkaitan. Misalnya pada baris kedua bait pertama menjadi baris pertama bait kedua dan baris keempat bait pertama menjadi baris ketiga bait kedua. Meskipun begitu, akhiran bunyi atau rima haruslah sama. Contohnya:
Sudah bertemu kasih sayang Duduk terkurung malam siang Hingga setapak tiada renggang Tulang sendi habis berguncang
7. Mantra
Mantra adalah puisi lama yang mempunyai rima a-b-c-a-b-c, a-b-c-d-a-b-c-d, a-b-c-d-e a-b-c-d-e. Bersifat lisan, diiyakini memiliki kekuatan sakti atau magis, terdapat perulangan. Selain itu Puisi Mantra ini memiliki majas metafora yang bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dengan lawan bicara). Puisi lama jenis Mantra ini sangat misterius bahkan lebih bebas dibandingkan puisi lama lainnya dalam suku kata, baris, dan sajak. Contohnya:
Assalamualaikum putri satulung bersar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Itulah jenis-jenis puisi yang harus dipelajari. Meskipun banyak macam-macam karya sastra yang indah dengan ciri-ciri maupun aturan pembuatan kesusastaannya, semoga pembahasan diatas bermanfaat bagai pengunjung hanyacoretankami.blogspot.com
Puisi ini memang banyak jenisnya yang dapat dilihat dari ciri-ciri aturan pembuatannya. Berikut ini adalah jenis-jenis puisi lama yang dapat menjadi ketentuan ketika akan menulis karya sastra tersebut.
1. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan bersajak a-b-a-b pada baitnya. ciri-cirinya dalam setiap bait terdiri atas 4 baris dengan setiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata. Pada 2 baris awal disebut dengan sampiran, sementara pada 2 baris akhir adalah isi. Contohnya:
Membaca hanyacoretankami (a)
Isinya tentang sajak (b)
Jikalau sudah bersuami (a)
sebaiknya jangan galak (b)
2. Syair
Pantun adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan bersajak a-a-a-a dan berisikan mengenai nasihat atau cerita seorang tokoh besar. Syair biasanya diawali dengan beberapa kata yang klise, Contohnya: “Pada zaman dahulu kala…”, ”Tersebutlah sebuah cerita mengenai negeri yang aman sentosa…”, dan lain-lain.
3. Gurindam
Gurindam adalah puisi Melayu lama yang mempunyai ketentuan atau terdiri atas dua baris kalimat dan tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata dengan irama akhir yang sama A-A, B-B, C-C, dan seterusnya. Sama juga dengan jenis puisi lama lainnya, gurindam juga berisikan mengenai agama dan nasihat bagi pembaca atau pendengarnya. Aturan umumnya, satu kesatuan yang utuh yang pada baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian dan pada baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. Contoh gurindam agama:
Jika hendak terjauhkan dari neraka (a) (13 suku kata)
Salatlah sebelum ke alam baka (a) (11 suku kata)
Jika hendak hidupmu bermutu (b) (10 suku kata)
Bersedekahlah kepada yatim piatu (b) (13 suku kata)
Contoh gurindam nasihat:
Carilah teman yang soleh dan baik (a) (11 suku kata)
Agar hidupmu nyaman dan laik (a) (10 suku kata)
Jika hendak merasakan surga (b) (10 suku kata)
Hormatilah orang tua dengan bangga (b) (12 suku kata)
4. Karmina
Karmina adalah pantun kilat karena kurang lebih sama dengan pantun, tetapi lebih pendek. Gurindam adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan atau terdiri atas dua baris saja dan bersajak a-a. Baris pertama disebut dengan sampiran, dan baris kedua disebut dengan isi. Sebuah karmina memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Bersajak a-a, a-b
- Mengisahkan seorang pahlawan (epik)
- Mengandung dua hal yang bertentangan, yaitu rayuan dan perintah.
Contohnya:
- dahulu ketan sekarang ketupat
dahhulu jagoan sekarang ustat - buah nangka bentuknya bulat
sudah tua belum ingat akhirat - permen manis permen relaxa
kamu manis siapa yang punya - buah jambu bercabang dua
sudah tau banyak tanya pula - naik becak supirnya pak mamat
ayo kawan kita sholat - lain tulang lain kakinya
lain orang lain hatinya - dahulu motor sekarang mersi
dulu kotor sekarang bersih - dahulu parang sekarang besi
dahulu sayang sekarang benci - candi mendut rusak jalannya
orang gendut susah jalannya - gelatik di pohon lada
cantik itu berlapang dada
5. Talibun
Talibun adalah puisi lama yang mempunyai ketentuan jumlah baris harus lebih dari 4 baris dan genap, misalnya 6, 8, atau 10 baris dalam setiap bait. Jika satu bait terdiri atas 6 baris, maka tiga baris awal adalah sampiran dan tiga baris akhir adalah isi. Apabila satu bait terdiri atas 6 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-a-b-c. Dan Apabila satu bait terdiri atas 8 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-d-a-b-c-d. Artinya, Puisi lama untuk talibun merupakan pantun yang dalam setiap baitnya, terdiri atas jumlah baris yang genap, misalnya 6,8, atau 10 baris. Contohnya:
Kalau anak pergi ke pekan (a)
Yu beli belanak pun beli sampiran (b)
Ikan panjang beli dahulu (c)
Kalau anak pergi berjalan (a)
Ibu cari sanak pun cari isi (b)
Induk semang cari dahulu (c)
6. Seloka
Seloka adalah puisi lama yang hampir sama dengan pantun dan disebut juga dengan pantun berkait. puisi lama ini mempunyai ketentuan bahwa pada baitnya akan terdapat keterkaitan. Misalnya pada baris kedua bait pertama menjadi baris pertama bait kedua dan baris keempat bait pertama menjadi baris ketiga bait kedua. Meskipun begitu, akhiran bunyi atau rima haruslah sama. Contohnya:
Sudah bertemu kasih sayang Duduk terkurung malam siang Hingga setapak tiada renggang Tulang sendi habis berguncang
7. Mantra
Mantra adalah puisi lama yang mempunyai rima a-b-c-a-b-c, a-b-c-d-a-b-c-d, a-b-c-d-e a-b-c-d-e. Bersifat lisan, diiyakini memiliki kekuatan sakti atau magis, terdapat perulangan. Selain itu Puisi Mantra ini memiliki majas metafora yang bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dengan lawan bicara). Puisi lama jenis Mantra ini sangat misterius bahkan lebih bebas dibandingkan puisi lama lainnya dalam suku kata, baris, dan sajak. Contohnya:
Assalamualaikum putri satulung bersar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Itulah jenis-jenis puisi yang harus dipelajari. Meskipun banyak macam-macam karya sastra yang indah dengan ciri-ciri maupun aturan pembuatan kesusastaannya, semoga pembahasan diatas bermanfaat bagai pengunjung hanyacoretankami.blogspot.com
Post a Comment for "JENIS-JENIS PUISI LAMA"